Bikersnote – Ajang kustom tahunan, Kustomfest, akhirnya digelar untuk kesembilan kalinya. Setelah sebelumnya gelaran kustom berskala internasional ini dinyatakan ditunda dari jadwal orisinilnya, yaitu 3 – 4 Oktober 2020, Kustomfest memutuskan tetap menyelenggarakannya. Diadakan di penghujung tahun, pada 15 – 31 Desember 2020 di Jogja National Museum, Yogyakarta, Kustomfest jadi ajang penutup pesta modifikasi di seluruh dunia.
Keputusan tetap digelarnya Kustomfest 2020 dengan tema #Unrestricted ini menjadi tonggak yang sangat penting untuk dunia kustom Indonesia. Selain selama ini telah menjadi ajang ‘Lebaran’ kustom, Kustomfest 2020 menyatakan tak ‘kalah’ dengan kondisi yang secara ironis membuat segala sesuatu terpaksa dibatasi alias restricted.
Tak hanya itu, seperti diakui oleh Kepala Dinas Pariwisata DIY, Ir. Singgih Raharjo S.H., M.Ed, Kustomfest selama ini mampu menghadirkan wisatawan ke Yogyakarta dengan jumlah signifikan. Efek berantainya tentu terhadap roda ekonomi. Tak bisa dipungkiri, Kustomfest sudah menjadi daya tarik wisata tersendiri untuk Yogyakarta. Disebutkan, Kustomfest hadir sebagai nilai tambah yang berharga bagi Yogyakarta dan mampu memperkaya tujuan wisata DIY.
Lalu bagaimana Kustomfest bermanuver untuk membuat acara kustom tanpa memicu kerumunan seperti biasanya? Adalah Heri Pemad, yang membuat Kustomfest 2020 menjadi suguhan yang sangat berbeda. Menyadari berbagai keterbatasan terutama terkait protokol kesehatan masa pandemi Covid-19, Direktur Artistik Kustomfest 2020 ini pun melakukan manuver kreatif.
Heri mengajak pengunjung Kustomfest menikmati karya kustom dengan cita rasa galeri seni. Semua unsur ditata secara presisi dan matang agar menghasilkan visual yang artistik. “Alur lay out yang dinamis dan bersinergi juga perlu diperhatikan agar pengunjung nyaman saat menikmati setiap karya,” ujar Heri.

Heri Pemad dan Lulut Wahyudi dalam Konferensi Pers Kustomfest 2020 (Foto: Kustomfest)
Kustomfest 2020 menampilkan 150 kendaraan baik roda dua maupun lebih. Tak ada lagi desakan kerumunan orang menikmati karya modifikasi anak bangsa. Yang tampak adalah susunan motor dan mobil cantik yang ditata artistik. Setiap protokol kesehatan pun dilaksanakan seperti, sebelum masuk ke area acara, setiap pengunjung harus mencuci tangan di tempat yang telah disediakan. Di loket tiket, pengunjung perlu menunjukkan kartu identitas serta pengunjung dari luar kota diminta menunjukkan hasil tes rapid negatif untuk Covid-19. Pengunjung pun masuk melalui UV Gate System yang berfungsi sebagai disinfeksi.
Heri Pemad sendiri memiliki segudang pengalaman terkait dunia seni. Disebutkan dalam situs resmi Kustomfest, Heri merupakan mastermind di balik acara ARTJOG, sebuah pameran seni rupa namun yang terkesan seperti konser musik: pengunjungnya membludak dan Perupa yang tampil semuanya “menggila”. ARTJOG menjadi penerima “Anugerah Bangga Buatan Indonesia 2020” oleh Presiden RI, Joko Widodo.



















Misi pria berkaca mata dalam Kustomfest 2020 adalah agar karya kustom diapresiasi ke tingkat selanjutnya, yaitu sebagai barang koleksi yang mengandung unsur seni dan kreativitas tinggi. “Jangka panjangnya karya-karya motor ini bisa dipajang di museum negara lain selayaknya barang seni sekaligus menjadi kebanggaan kolektornya plus jadi investasi yang nilainya menjanjikan” papar Heri.
Selain dapat menikmati setiap karya kustom dengan lebih khidmat (karena pengunjung dibatasi), pengunjung pun dengan leluasa dapat mempelajari tentang setiap karya kustom di Kustomfet 2020. Heri menambahkan narasi pada setiap motor, baik dari aspek sejarah hingga teknik pembuatan. Hal ini merupakan edukasi yang penting untuk para penggemar motor dan mobil modifikasi.
Kustomfest 2020 yang dilaksanakan dengan spirit unrestricted dalam restricted time, sukses berirama dengan situasi kekinian. Lulut Wahyudi, Direktur Kustomfest mengaku mendapat apreasiasi dari para modifikator dunia untuk pelaksanaan Kustomfest 2020. (LND, Istimewa/Sumber dan Foto: KUSTOMFEST 2020 #UNRESTRICTED)
Leave a Reply