Bikersnote – Minat anak muda Indonesia terhadap dunia balap sepertinya tak perlu ditanya lagi. Hal ini bisa dilihat dari penuhnya berbagai laga balap dalam negeri oleh penonton pra pandemi. Acara MotoGP terutama yang diadakan di Asia seperti Malaysia dan Thailand pun sering dijadikan tujuan wisata para pelahap balap kelas premium itu. Tak hanya itu, Indonesia juga beberapa kali memiliki wakil pebalap di ajang balap motor internasional, seperti Doni Tata, Andi Gilang, Adrian Rusmiputro, hingga Mario Aji.
Ketrampilan balap yang dimiliki atlit Indonesia, diakui Wawan Hermawan, pemilik sekolah balap WH19 Racing School, cukup membanggakan. Bahkan, menurut Wawan yang sempat 15 tahun berlaga di dunia balap Indonesia ini, talenta pebalap Indonesia tak kalah dari pebalap asal Eropa. “Hanya saja secara fasilitas dan pola mungkin belum sama,” tukas Wawan.
Soal bakat memang tak perlu dipertanyakan lagi. “Kita tidak perlu jauh-jauh melihat ke Eropa dulu, ya. Di kawasan Asia saja, dari negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, Thailand, dan lain-lain, awalnya belajar ke kita (Indonesia),” seru Wawan. “Baik dari sisi mekanik, pebalap, mereka mempelajarinya dari Indonesia.” Bahkan di Sekolah Balap milik Wawan pun saat ini ada dua murid muda dari India yang sengaja datang untuk berlatih membelok dan teknik balap!
Hal yang sama disampaikan juga oleh Agus Hadsoe dari AWOKK Racing Development. Menurutnya, Australia dan Jepang pun sering terkesima dengan kemampuan balap atlit Indonesia.
Di Indonesia saat ini ada sekitar 10 – 15 racing school yang aktif. “Itu hanya dari road race, ya, belum dari motocross dan lain-lain,” kata Wawan. Bahkan, pria berusia 36 tahun ini menyebutkan untuk drag race pun akan ada sekolahnya. Siswa sekolah balap biasanya mulai dari usia 8 tahun, atau masih duduk di bangku awal Sekolah Dasar.
Fenomena melonjaknya peminat sekolah balap dari cilik kira-kira semakin gencar sejak ajang miniGP yang sering diadakan pada tahun 2018. Para bocah yang mengikuti kegiatan ini sempat tak memiliki wadah untuk meneruskan bakat balap mereka. Akhirnya Wawan didukung teman-teman sesama pebalap dan ATPM, mengusulkan untuk mengadakan kelas pembibitan. Sambutannya luar biasa!
Giat tersebut melahirkan Honda Racing Championship atau sekarang dikenal dengan Honda Dream Cup. Dalam tiga seri yang diadakan, sambutan masyarakat menyalakan semangat para pelopor sekolah balap. Pada HDC pertama, dari 15 starter yang ditargetkan, ternyata hasilnya melampaui harapan, yaitu 19 starter. Seri kedua pun diadakan dengan 19 starter. Sedang pada seri ke-3, beberapa peminat terpaksa tak bisa ikut. “Grid-nya hanya ada 24, sedangkan peminatnya banyak,” kisah Wawan.
Kini sekolah balap Indonesia mulai menuai prestasi. Beberapa atlit balap muda pun telah dicetak oleh sekolah balap Indonesia, di antaranya adalah Mario Aji (sekolah balap di Yogyakarta), Herjun AF (WH19), Dheyo Wahyu (43 Racing School), dan lain-lain.
Minat pebalap cilik ini perlu disambut serius. “Kita tidak menutup mata (bahwa itu mungkin disebut) eksploitasi anak. Kami tidak melakukan itu. Kami sifatnya hanya mendampingi anak yang mungkin memang punya minat dan bakat di situ. Mungkin bisa menjadi profesi yang bisa dipilihnya,” kata Wawan. Tak bisa dipungkiri, atlit yang menargetkan ikut kejuaraan internasional sering harus mulai dididik sejak dini. Tak hanya balap, hampir semua jenis olah raga seperti itu. Di dunia balap sendiri, Valentino Rossi dan Marc Marquez sudah menggeluti dunia roda dua sejak masih balita.
Dengan mulai banyaknya sekolah balap, Wawan dan rekan-rekannya mulai berpikir perlunya sebuah asosiasi sekolah balap. Asosiasi ini nantinya memayungi sekolah balap Indonesia. “Karena sekolah kami berkaitan dengan anak di bawah umur, sehingga lebih baik ada legalisasi atau asosiasi yang memayungi,” kata Wawan. Ayah dari pebalap cilik Decksa Almer Alfarezel ini mengacu pada berbagai negara yang telah memiliki asosiasi sejenis. Asosiasi di Indonesia dinamai Indonesian Racing School Association (IRSA). Saat ini, Wawan didapuk rekan-rekannya untuk memimpin IRSA.
Dengan maksud tersebut, para pemilik sekolah balap diwakili Wawan Hermawan (sekolah balap WH19RS), Ahmad Marta (43 Racing School), Dedy Fermadi (D45 Academy), Oki Ristian (86 Ristan Racing School) dan Doni Ramdani (DRS35) serta Agus Hadsoe dari AWOKK Racing Development, sempat bersilaturahmi sambil menyampaikan konsep IRSA kepada Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia, Bambang Soesatyo, pada akhir Januari 2021.
Bambang Soesatyo yang juga adalah Ketua MPR RI ini berpesan untuk mengajak Sekolah Balap dalam sistem pembelajarannya turut memasukan materi wawasan kebangsaan 4 Pilar MPR RI kepada para siswanya. Melengkapi materi seputar teknik, taktik balap, hingga fisik, yang menjadi materi dasar di berbagai sekolah balap.
“Sehingga mental para calon pembalap turut ditempa. Tak hanya berani, ulet, dan tangguh, mereka juga akan menjadi pembalap yang menyadari bahwa setiap tarikan gas dan keberanian yang ditampilkan di sirkuit, adalah bagian sikap bela negara dalam berjuang mengharumkan Indonesia,” ujar Bamsoet, panggilan akrab pria yang juga adalah Ketua Dewan Pembina Motor Besar Indonesia (MBI) ini.
Nantinya semua sekolah balap dapat masuk menjadi anggota IRSA yang sedang menggodok aturan resminya ini. Kita tunggu gebrakan IRSA dan para atlit balap muda Indonesia! (FJR/Foto: IMI)
Leave a Reply